Memory After All

   
   "Maafkan aku,aku tidak melihatnya!" "Sorry,i will buy the new for you!" "Ouchh,pasti itu sakit,aku akan menanggung biayanya,sebelumnya maaf!" "Maaf,aku tak sengaja!" Selalu saja kata "Maaf" yang terucap dari mulutnya. Dia,bukan aku. Namanya Dalili. Namanya unik bukan?Saat aku mencari di internet,namanya berarti pemimpin,tapi,apakah dengan sikap cerobohnya dia dapat sesuai dengan arti namanya?I just can hope,right?
    Hei,kita belum berkenalan!Namaku Fazila. Seperti namaku,aku dikenal cemerlang. Aku dapat memperbaiki suasana dalam sekejap waktu. Seperti kau mengepalkan tanganmu,cepat bukan?Namun,cukup sulit untuk memperbaiki waktu disaat Dalili melakukan kesalahan. Bukan maksudnya meremahkan,hanya saja,itu terlihat..membosankan. Kau tau keledai?Dia selalu mengulang kesalahan yang sama,begitu juga dengan Dalili. Kalau saja ada cara membantunya.
    "Faz,i need your solution to my problem,"ucap Dalili dengan bahasa Inggris yang fasih,mengambil sembarang bangku didekatku.
    "I know your problem,your problem is you always do same fault,right?"jawabku dengan mata dan tangan yang masih sibuk berurusan dengan buku kecilku.
    "Yeaaa,kau selalu benar. Aku selalu berharap bisa sepertimu. Itu seperti mimpi yang tidak mungkin,bukan?"tanya Dalili sambil mengangkat tangannya ke atas,berharap dapat menangkap mimpinya yang terbang.
    "Wait,hold on..menjadiku?Kenapa harus jadi diriku?Ada yang lebih dariku,kenapa tidak mereka?"tanyaku bertubi-tubi. Entah mengapa ini menarik!Gumamku.
    "Kau tau?Kau sangat diandalkan,dibanggakan siapapun dengan ide cemerlangmu,menjadi psikolog orang orang seperti yang sekarang kita lakukan,bukankah itu mengagumkan?"jelas Dalili sambil sedikit memiringkan kepalanya.
    "Dalili,sebelumnya aku berterima kasih kau sudah memujiku. Kedua,bukankah menyenangkan menjadi diri sendiri?Kau hanya perlu melupakan sikap burukmu dan merubahnya menjadi baik. Jika dirimu adalah yang terbaik,maka jadilah dirimu dan tunjukan dunia dirimu. Jangan takut untuk melakukannya,kau tidak sendiri. Kita semua bersamamu. Aku juga bersedia membantumu"nasihatku panjang lebar sambil memberikan seulas senyum hangat kepadanya
    "Tapi..bagaimana jika kamu tidak dapat merubahku?"tanya Dalili yang membuat ku teringat. Ini pertanyaan yang sama seperti yang diajukan dalam film favoritku.
    "Aku hanya bisa menunggu hingga kamu siap untuk berubah,"ucapku. Pandanganku beralih kepada ingatan itu. Ya,pelangi!Pelangi yang aku lihat!
    "Dan..bagaimana jika aku menunjukkan diriku yang berubah disaat yang tidak tepat?"tanya Dalili yang membuatku teringat dengan pertanyaan ini. Pertanyaan ini pernah aku ajukan kepada nenekku.
    "Kamu tak akan pernah tau kapan moment tepat itu. Yang bisa kamu lakukan adalah membuat moment,lalu menyempurnakannya,"ujarku sambil melirik buku kecil yang sendari tadi kuperhatikan. terdapat tulisan "Magic". Entah mengapa semua ini tersambung!Gumamku gembira.
    "Bagaimana jika aku gagal?"tanya Dalili untuk yang terakhir. Terlihat ini berakhir karena ia sedang menaruh kursinya kembali.
    "Orang yang tidak pernah gagal adalah orang yang tidak pernah melakukan sesuatu,"ujarku sambil bangkit dari tempat dudukku. Albert Eisten,terima kasih atas ucapanmu yang berguna sekarang!Gumamku lagi. 
     Dalili pun tersenyum haru. Ia berlari keluar kelas perlahan sambil terus menahan haru. Ia tau apa yang harus ia lakukan. Meninggalkan dunia hampanya untuk selama lamanya. Dalili berjalan keluar sambil memejamkan mata. Berharap sekarang masih bisa menggampai mimpinya yang belum tercapai dikarenakan kecerobohannya. Aku pun tersenyum sambil berkata kecil.
     "Semua yang aku peroleh,berasal dari masa lalu. Aku tak akan pernah tau hasilnya jika aku tetap melupakan masa lalu,memory after all,"ucapku tersenyum sambil melirik buku kecilku. Mengigat semua kenangan.
                                                    Sumber foto:Google 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk,Kita Kenali 5 Warna Penting Untuk Kesehatan

Kokoru Itu Apa,Sih?

My Name Is Malya