Andai Aku Besar Nanti...

   
   Perlahan ku langkahkan kaki mungilku ini. Pelan-pelan jari jemari kakiku menyentuh lantai yang amat dingin, mengakhiri indahnya hari ini dengan malam yang sunyi. Kuraih kursi yang tergeletak di balkon begitu saja. Perlahan, aku sibak rok panjang yang aku kenakan agar aku nyaman untuk menghirup semilir udara malam yang dingin. Dengan perlahan juga aku berfikir, berfikir tentang masa depan yang akan aku lalui.
    Jika suatu hari nanti aku akan menjadi dokter, sungguh senangnya hati kecil ini. Membebaskan orang-orang dari air mata yang mengalir dari mata mereka dan membebaskan dari rasa sakitnya penyakit yang mereka rasakan. Betapa mulianya bukan menjadi seorang dokter? Orang yang berjasa dalam bidang kesehatan. Namun, terfikir juga duka yang aku rasakan. Aku akan kehilangan waktu untukku mengistirahatkan semua penat yang kurasakan. Aku juga akan kehilangan waktu tidur atau sekedar bercengkraman dengan keluarga tercinta dikarenakan panggilan bantuan mendadak. Aku pun menghela napas dan mulai berpikir lagi.
    Jika nanti aku akan menjadi koki, tentu saja aku akan senang! Aku bisa menghadirkan makanan maupun minuman lezat yang membuat semua orang setia menanti. Aku juga tak akan merasa kelaparan karena sudah ahli dalam membuat berbagai variasi makanan maupun minuman. Aku juga bisa menciptakan rasa baru yang membuat lidah perasa merasa seperti sedang menyeberangi pelangi. Tapi, aku harus mau berpeluh dikarenakan api yang ku gunakan berkobar. Aku juga harus cetakan agar tidak membuat pengunjung menanti terlalu lama. Sekali lagi, aku menghela napas dan mulai menghirup udara malam yang dingin, mulai menjernihkan pikiran dan berfikir lagi.
    Jika saja aku suatu hari nanti menjadi seorang artis papan atas, sungguh tak terbanyangkan senangnya hati kecil ini. Dikelilingi orang yang menyayangimu dan beribu ribu uang yang siap sedia di pakai kapan pun. Aku juga akan semakin dikenal orang-orang dengan keahlian yang aku kenal. Banyak tangan yang siap membantuku tanpa aku harus panggil lagi. Serta duka yang akan aku rasakan akan semakin banyak. Semakin tenarnya diriku maka, semakin padat hari-hariku dan semakin meningkat pula para pembenci diriku jika mereka tidak menyukai apa yang aku lakukan. Juga akan semakin beredar bau gosip dan akun-akun pembenci diriku. Kepalaku pusing memikirkannya. Aku pun mulai memejamkan mata.
    Jika aku menjadi seorang penulis, apakah akan ada duka yang aku rasakan? Yang akan aku lakukan adalah duduk, bisa saja aku melakukan kegiatan ini sambil meneguk segelas teh hangat dan melahap satu dua buah kue kering bikinan nenek. Aku juga hanya harus mengetik secara perlahan dan menuangkan seluruh isi pikiranku pada cerita  yang aku akan tulis. Setelah selesai, aku hanya perlu menyerahkannya pada editor dan menunggu hingga bukuku diterbitkan lalu, uang hasil kerja kerasku akan aku dapatkan. Tapi, apakah tidak sulit untuk mencari ide ide baru maupun kata kata indah yang harus diurai agar cerita semakin menarik? Apakah rambutku tidak akan bertambah memutih saat memikir deadline yang menumpuk? Belum lagi jika aku harus mengejar ngejar deadline sementara tugas sekolah menumpuk dan terbengkalai?
     Aku pun langsung membuka mataku perlahan. Tersenyum menatap langit yang penuh kerlapan bintang. Selangkah demi selangkah aku menapaki lantai dingin balkon rumahku ini. Ya, hari sudah menujukkan hampir akan tengah malam namun, aku tetap tidak bisa memejamkan mata untuk sekedar berada di alam mimpi. Hembusan angin menghembuskan ujung rambutku yang aku urai. Aku berputar perlahan sambil merenungkan semua yang aku pikirkan.
    Itu semua tidak akan pernah terwujud jika aku tidak berusaha menggapainya dengan kerja keras dan kesungguhan bedoa. Selalu ada suka maupun duka dalam suatu cita cita namun, jika aku menikmatinya, semua akan berjalan seperti biasa. Aku yakin aku akan menjadi orang yang baik dan berhasil kemudian hari. Masa depan yang terbentang bukan berarti menjadi alasan bagiku untuk tidak segera berlari. Aku harus ingat bahwa kematian bisa datang kapan saja. Aku harus berlari sekencang mungkin karena aku tau waktuku tidak banyak. Aku harus bisa!
    Kulemparkan rambut yang melintas di depan mataku. Kuhempaskan senyum manis kepada malam ini. Malam yang menjadi malam dimana semua mimpi bisa diwujudkan dengan usaha dan kerja keras.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kokoru Itu Apa,Sih?

Yuk,Kita Kenali 5 Warna Penting Untuk Kesehatan

My Name Is Malya