One Heart To Million People
“Hmm,
nonton apa, ya?”tanyaku kepada diri sendiri sambil memainkan remote TV yang ada
ditanganku dengan malas. Jari jari tanganku sibuk menekan tombol tombol yang
ada di remote itu. Aku terus mengehembuskan napas. Bosan. Itu yang kurasakan.
Madeline
Nurlatifah Bernice. Itulah namaku. Kalian bisa memanggilku dengan nama pertama
dari nama panjangku. Aku sedang menjalani masa masa liburan setelah melakukan
perjuangan untuk mendapat nilai bagus saat ujian. Ngomong ngomong, kalian kelas
berapa? Aku kelas 5. Mungkin dari beberapa kalian ada yang bertanya, “kenapa
kau tidak liburan?”. Aku sebenarnya liburan kok, hanya saja mungkin minggu
depan aku baru akan pergi.
“Bosan,
lihat YouTube saja, deh!”ucapku bergairah sambil meraih handphoneku yang
tergeletak di lantai. Aku menyalakan handphoneku itu lalu, memencet aplikasi
YouTube.
“Wahh,
ada video prakarya baru, coba aku lihat!”ucapku sambil memencet sebuah video
bertulis “10 Creation When You Holiday”. Belum juga menonton, muncul iklan
sebagai sponsor video ini. Biasanya, aku langsung memencet tombol skip yang
berada di samping kiri iklan yang muncul namun, ini berbeda. Aku tak
menghentikannya. Malahan, aku menonton iklannya sampai habis.
“Huaa,
kok sedih sih?Mereka anak seumuranku sudah ada yang terluka!Ngomong ngomong, tadi
nama negaranya apa ya?Oh iya, Palestina!Aku searching saja di Google, ada apa
dengan negara itu!”ucapku sambil menjentikkan jari. Aku pun keluar dari YouTube
dan beralih kepada Google.
“Ada
apa dengan Palestina?”gumamku sambil menuliskan apa yang aku ucapkan ke kolom
search. Langsung saja aku buka salah satu website yang membahas pertanyaanku
itu. Kubaca perlahan sambil menyesap cokelat panas buatan mama.
“Jadi
Palestina ini dikuasai daerah lain, ya!Dan ternyata, Indonesia dan beberapa
negara lain membantu supaya negara Palestina tidak dikuasai daerah lain. Wah,
aku merasa bangga menjadi Indonesia!”seruku sambil tersenyum senang.
Tapi,
lama lama senyumku memudar saat melihat video dimana anak anak Palestina
dilukai bahkan dibunuh oleh daerah yang menguasai negara itu. Aku merasa mataku
hangat,pipiku basah. Sudah seperti yang aku kira..aku menangis.
“Hmm,
apa ada cara untuk membantu mereka? Mereka pasti butuh bantuan dari semua
orang?”tanyaku pada diri sendiri sambil mengetuk ngetuk dahiku dengan jari
telunjukku. Aku baru teringat sesuatu.
“Aduhh!
Aku lupa mematikan TV, kalau mama tau, bisa bisa aku dimarahi!Eh..”ucapku
terhenti saat melihat sebuah iklan yang muncul di TV. Iklan membuatku menebar
senyum. Langsung saja tanpa basa basi lagi, aku catat seluruh penjelasan dan
info info iklan tersebut. Setelah selesai, aku langsung berlari menuruni tangga
untuk menemui mama.
“Mama..mama..mama!!”teriakku
dari tangga. Mama yang sedang memasak tentu dibuat kesal karena gadis kecilnya
yang satu ini membuat polusi suara di rumah mungil mereka.
“Ada
apa, Madeline?! Jangan teriak teriak, bising, nanti malu maluin tetangga!”seru
mama memperingati saat aku sudah berada di lantai bawah.
“Segitunya
amat ma, hehehe! Ngomong ngomong, ini loh, Madeline mau menyumbang uang untuk
Palestina. Madeline sedih melihatnya jadi ingin membantu mereka,”tekadku dengan
semangat’45. Mama dibuat haru sekaligus tertawa melihat semangat’45 ku.
“Boleh,
mama sangat mendukung tekadmu itu! Tapi, Madeline memang ingin menyumbang
memakai uang siapa? Punya mama? Kalau begitu, artinya bukan Madeline yang
menyumbang, tapi mama melalui perantara yaitu Madeline,”jelas mama.
“Jadi
maksud mama, Madeline menyumbang memakai uang sendiri, ya? Tapi darimana mendapatkan
uang? Madeline harus kerja, dong?”tanyaku panik. Mama dibuat tertawa dengan
lontaran anak semata wayangnya ini.
“Bukan
begitu Madeline, maksud mama, kenapa Madeline tidak mencoba berjualan? Bukankah
Madeline ingin menjadi pengusaha? Nah, Madeline bisa membuktikannya sekarang!”jelas mama singkat yang membuatku
ber-oh ria. Baiklah, aku akan
melakukannya besok! Gumamku dalam hati.
**********************
Aku
sudah siap untuk berjualan. Aku bangun satu jam lebih awal untuk mempersiapkan
apa yang akan aku jual. Setelah beberapa menit aku mempersiapkannya, aku pergi
ke tempat aku berjualan. Tak sampai semenit kok aku berjalan, dikarenakan aku
berjualan di depan rumahku!
1
jam..2 jam..3 jam..eh, tidak kok, aku tidak sampai 3 jam berjualan ditemani
terik matahari yang menyengat. 2 jam aku berjualan dan mendapat hasil
memuaskan. Mama pun bangga melihat uang yang bergelimpangan di lantai dan
membereskannya. Tapi..entah mengapa aku tidak bangga. Aku merasa ini masih
kurang cukup. Bayangkan saja jika uang 1.000.000,00 diberikan kepada negara
yang memiliki banyak penduduk? Tak akan cukup bukan?
“Kenapa
masih murung? Apa masih kurang uang yang Madeline kumpulkan?”tanya mama seakan
akan mengetahui apa yang aku pikirkan.
“Ehmm..iya
ma. Madeline yang hanya memperoleh 1 juta, pasti tidak cukup untuk membantu
seluruh Palestina,”ucapku bingung.
“Bagaimana
jika Madeline mengikuti lomba ini? Hadiahnya cukup besar lho, yaitu uang tunai
sebesar 5.000.000, lumayan bukan?”tawar mama sambil memberikan selembaran yang
ditemukannya di jalan.
“Boleh
juga ma, tapi artinya hari ini Madeline harus belajar buat lomba ini, dong
karena lombanya besok?”tanyaku pada mama dengan lesu.
“Benar
sekali! Tapi tak usah khawatir,lomba ini mudah kok ditambah kamu sudah pintar
melalukan ini, benarkan?”tanya mama menyakinkan aku. Aku mengangguk gembira dan
berlari ke atas. Membuka aplikasi YouTube dan mengetik di kolom search “Contoh
pidato tentang lingkungan”. Yap,lomba yang aku ikuti adalah pidato!
Aku
dengan tekun mempelajari dan mendengarkan perkataan orang orang dalam video
pidato yang kutonton. Aku tidak mengikuti pidato mereka namun, hanya ingin
menambahkan ide untuk pidato yang kubuat. Mengikuti apa yang mereka buat tidak
akan membuatku cepat menghafal. Ditambah tidak memperbolehkan mengikuti pidato
orang lain. Seselesainya,aku puas dan berharap dapat mendapat juara pertama.
**********************
“Madeline
Nurlatifah Bernice!”panggil pembawa acara menyuruhku untuk naik ke atas
panggung. Yap, aku sedang mengikuti lombanya. Aku merasa sangat gugup namun,
karena tekadku untuk Palestina, aku membuang rasa guguku dan melangkah naik ke
panggung. Solusi untuk menghilangkan rasa gugup adalah percaya dirimu sendiri,
benar bukan?
“Selamat
pagi bapak dan ibu! Perkenalkan nama saya Madeline Nurlatifah Bernice, biasa
dipanggil Madeline. Sebelum saya mulai berpidato, pertama-tama
marilah..bla..bla… Dan tidak lupa untuk..bla..bla..bla…”jelasku panjang lebar.
Sebenarnya, aku berkata lebih panjang dari ini namun, jika aku jelaskan, pasti
akan membuat bosan kalian.
“Seperti
ini saja pidato saya. Mohon maaf bila ada kesalahan pengucapan. Terima
kasih!”ucapku mengakhiri pidato panjang ini. Cukup melelahkan untukku yang
belum terlalu mahir membawakan pidato panjang. Tapi, rasa gugupku akhirnya hilang
karena sudah melaksanakan pidato itu. Tidak kusangka juga jika aku kontestan
jadi, langsung diumumkan pemenangnya.
“Hadirin
sekalian yang saya banggakan,akhirnya sampai juga pada siapa yang akan
memenangnkan lomba ini. Kita mulai dari juara 3 yaitu Janeta Ardiana. Juara 2
yaitu Dalvin Rosca dan juara 1
adalah..”potong pembawa acara yang membuatku takut “..Adeline Nurlatifah!”seru
si pembawa acara. Wajahku yang bersemangat berubah murung mengetahui aku kalah.
Namun, tidak beberapa lama,pembawa acara itu berkata lagi.
“Maafkan
saya karena ada kesalahan penulisan nama. Juara 1 yang benar adalah Madeline
Nurlatifah!”seru pembawa acara yang membuatku bersorak. Palestina, I’m coming!
Sumber gambar:Google
PS dari penulis: Hallo guys!Ceritas ini aku kutip dari cerita yang aku kirimkan dan sekarang menjadi buku berjudul "Kumpulan Ceita Amazing" yang aku tulis dengan beberapa penulis lainnya. Jangan lupa tunggu buku ku yang kedua yang akan segera diterbitkan ya!
Komentar
Posting Komentar
Comment here!